Friday, January 7, 2011

ANTARA KARUNIA DAN KESEMPATAN BERMAKSIAT

Oleh Ustadz Abu Umar Basyir
Sejenak, penulis terkadang merenungkan, betapa limpahan karunia Allah sudah demikian banyak terhadap diri kita, terlebih-lebih di era modern sekarang ini. Segala kemudahan, kecepatan, ketepatan dan keserasian memikat, menjadi fasilitas yang tersedia nyaris di setiap sector kehidupan. Seringkali hal itu membuat kita malu, dan menimbulkan keinginan untuk rela menjadi sedikit kuper dan gagap teknologi. Perlu resanya memiliki sedikit malu seperti itu, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Rasa malu adalah seluruh kebajikan”[1]
Loncatan teknologi di berbagai bidang, hasil kerja keras dan keuletan (kemahuan keras) umat manusia, plus kecerdasan manusia itu sendiri sebagai anugerah utama dari Allah, setahap dmi setahap, memungkinkan terciptanya sekian fasilitas yang ada untuk mereka nikmati bersama. Semua itu sejalan dengan penegasan Allah dalam firman-Nya (yang artinya),
“Allahlah yang telah menciptakan untuk diri kalian segala yang ada di muka bumi ini.” (Al-Baqarah: 29)
Sekian banyak karunia dan sekian banyak pula yang sudah dilahap habis dan dinikmati oleh manusia. Hal itu seyogyanya mendesak mereka untuk membuat pernyataan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Yang Maha Pencipta. Di saat kucuran karunia sedemikian derasnya, kurang bersyukur saja sudah bisa menjadi dosa yang sulit diampuni. Bagaimana pula bila sekian karunia dan fasilitas itu justru dijadikan ajang (medan) bermaksiat? Sudah demikian parahkah kebusukan jiwa kita, sehingga semakin bermandi karunia, semakin deras pula keringat kita bercucuran menggeluti maksiat. Munculnya karunia baru, bagi kita seolah-olah menjadi kesempatan baru berbuat maksiat. Beragam fasilitas, bagi kita adalah keragaman cara dalam mendulang maksiat.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki kuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (Asy-Syura: 20)
Allah juga berfirman (yang berfirman),
“Barangsiapa menghendaki kehidupan yang segera, maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki kemudian Kami tentukan baginya naar Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (Al-Isra: 18-19)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Al-Hasyr: 18-19)
Bila terminal penantian ke alam bahagia bagi kita adalah dunia ini,maka maksiat itu adalah salah satu jatah (jumlah barang) keduniaan yang diberikan secara instan untuk kita. Karena, betapa kenikmatan maksiat, seberapa pun lekasnya berakhir, dan seberapa pun beratnya akibat yang harus dipikul, tetaplah diincar (dijadikan sasaran) oleh para penggila dunia. Sehingga dunia ini tidak pernah kekurangan maling, perampok, koruptor, manipulator dan sejenisnya. Karena peminat kehidupan akhirat dalam arti sejatinya, hanyalah segelintir dari sekian banyak manusia yang hidup di dunia ini.
Catatan kaki:
[1] Lafal ini dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahih-nya (37) (61) dalam kitab Al-Iman. Dikeluarkan juga oleh Al-Bukhari dengan lafal: “Rasa malu itu hanya mendatangkan kebaikan belaka.” (X: 537) dalam kitab Al-Adab, bab: “Rasa Malu.” Keduanya dari Imraan bin Hushainradhiallahu ‘anhu.
Smg Bermanfaat utk Kebaikan Dunia & akhirat

Thursday, December 9, 2010

MALAY SUPREME DOES NOT EXIST-NAZRI AZIZ

Nazri: Malay supremacy does not exist

KUALA LUMPUR: Malay supremacy does not exist, contends Minister in the Prime Minister’s Department Datuk Seri Nazri Aziz.

He says the notion has been repeatedly misinterpreted by certain leaders for political gain.

“Politicians should stop using ra­­cial sentiments to gain support from their own race.

“They are elected by Malaysians, therefore Malay­­sians should come first,” he said.

He added that the idea of Malay supremacy should not be confused with Malay privileges.

“Why do they need privileges if they are more supreme? Privileges are for handicapped people,” Nazri said after launching the Nayagan-kini and Pertubuhan Perkhidmatan Rakyat Malaysia (PPRM) blog,

He also said there was no master-slave relationship in Malay supremacy as it was meant to symbolise the sovereignty of the Malay Rulers.


***ada mana-mana menteri/pemimpin UMNO(Baru) yang cadang nak tarik balik gelaran "Datuk" pada Nazri ni...HAMPEHHH..kalau dari Pakatan Rakyat sedap mulut dia je , kalau dari BN semua senyap....takde telor..buat pekak badak..sape sebenarnya pengkhianat melayu...UMNO(Baru) BANGSAT

Monday, December 6, 2010

ISU TPM PAKATAN RAKYAT

Dari Blog Tok Guru

Isu pembahagian harta pusaka biasanya hanya didebatkan apabila seseorang sakit teruk atau sudah meninggal dunia. Sekalipun tidak salah, namun jarang sekali isu pembahagian harta pusaka timbul dalam keadaan seseorang dalam keadaan sihat sejahtera. Demikianlah juga apabila isu perlantikan Timbalan Perdana Menteri jika Pakatan Rakyat menerajui negara dibangkitkan oleh media massa milik UMNO.

Bagi saya, isu ini sengaja ditimbulkan oleh media berkenaan adalah tanda-tanda yang menunjukkan bahawa UMNO dan Barisan Nasional sudah sakit teruk dan tidak mempunyai harapan untuk pulih lagi. Alhamdulillah, media massa milik UMNO sendiri pun nampaknya mulai sedar saat-saat akhir hayat mereka di pentas politik Malaysia. Insya-allah, saya optimis akan tiba juga ketikanya Barisan Nasional akan digantikan oleh Pakatan Rakyat untuk menerajui Putrajaya.

Berhubung isu perlantikan YB Lim Kit Siang selaku Timbalan Perdana Menteri yang kononnya dikeluarkan oleh Datuk Seri Anwar Ibrahim, sukalah untuk saya menyatakan bahawa Pakatan Rakyat tidak pernah membuat apa-apa keputusan dan tidak pernah mengadakan apa-apa perbincangan tentang hal ini. Syak saya teramat kuat bahawa permainan media telah digunakan dengan amat dahsyat di dalam memanipulasi kenyataan Datuk Seri Anwar Ibrahim. Apa peliknya, kerana itulah amalan pemberitaan media milik UMNO terhadap pihak lawannya.

Pengalaman saya sendiri, misalnya dalam kes ‘Islam plastik’ yang pernah saya tuturkan di Pulau Pinang satu ketika dahulu pun pernah dilaporkan sebagai ‘Islam Palestin”. Salah dengar dan salah lapor atau memang disengajakan ialah satu budaya biasa dalam amalan media milik UMNO.

Hari ini, isu perlantikan Timbalan Perdana Menteri ini diolah sekali lagi oleh media milik UMNO dengan begitu hebat. Lalu dijemputlah segala pemimpin-pemimpin UMNO segenap lapisan untuk memberikan ulasan. Seolah-olah UMNOlah satu-satunya parti yang mempertahankan Melayu, seolah-olah bangsa Melayu ini hanya akan berdaulat melalui keris tumpul UMNO dan seolah-olah rebah UMNO bererti rebahlah Melayu. Begitu hanyir dan busuknya ‘berita sampah’ yang disebarluaskan ke dalam minda masyarakat pada hari ini.

Ingin saya nyatakan, pendirian saya dari dahulu hingga sekarang tidak pernah berubah bahawa bangsa tidak mempunyai sebarang nilai di dalam Islam. Allah SWT berfirman dalam al-Quran (Surah al-Hujurat ayat 13):

“Sesungguhnya orang yang paling mulia antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha mengenal.”

Justeru Melayu, Cina atau India tidak pernah mempunyai sebarang nilai tambah di sisi Allah SWT, melainkan dengan taqwa. Seorang yang berbangsa Cina tetapi bertaqwa kepada Allah SWT jauh lebih mulia dari seorang yang berbangsa Melayu tetapi hidup dengan rasuah, menindas, mengkhianat dan sebagainya. Sekalipun songkok setinggi tiga jengkal di kepala, tanpa taqwa kepada Allah SWT, ia tidak mempunyai sebarang nilai.

Lupakah kita bahawa UMNO pernah menyerahkan kerusi Ketua Menteri Pulau Pinang kepada Gerakan sekalipun UMNO yang mempunyai majoriti di Dewan Undangan Negeri? Di waktu itu, ke mana perginya ketuanan Melayu? Tersorok di dalam songkok tinggi UMNO? Ketika itu, kenapa profesor-profesor bertaraf cendikiawan diam membisu, dan kenapa pula, bila giliran DAP menjadi ketua menteri mereka sibuk mengulas ia sebagai mencabar ketuanan Melayu? Peliknya apabila Tun Dr Mahathir sendiri menggesa supaya dilupakan asal usul keturunan demi menjayakan 1Malaysia, tidak pula didesak untuk diusir keluar negara? Bukankah gesaan itu sudah melupakan asal usul keturunan, ertinya melupakan ketuanan Melayu?

Apa yang penting ialah dasar, jika dasar Islam. Sesiapapun boleh menjadi pemimpin. Di Kelantan saya pernah mengeluarkan kenyataan berkali-kali bahawa Menteri Besar Kelantan boleh terdiri daripada seorang yang berbangsa Cina dengan syarat merupakan seorang muslim yang soleh. Penasihat DAP, Lim Kit Siang atau sesiapapun boleh menjadi Timbalan Perdana Menteri bahkan Perdana Menteri sekalipun tidak mempunyai apa-apa halangan, syaratnya merupakan seorang muslim yang soleh. Ini prinsip Islam yang perlu dipatuhi dalam membentuk kepimpinan negara dan ummah.

Seorang muslim yang soleh sekalipun bukan Melayu jauh lebih bermanfaat untuk negara ini dari seorang Melayu yang korup!

TUAN GURU HAJI NIK ABDUL AZIZ BIN NIK MAT
Al-Mursyidul Am PAS merangkap Menteri Besar Kelantan.

HIJRAH : Tegak Negara, Daulat Syari'at

Perutusan Hijratur Rasul 1432 Hijrah

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang

Bagi pihak Parti Islam Se-Malaysia (PAS), saya ingin mengucapkan selamat melalui Hijratur Rasul 1432 dengan bermulanya 1 Muharam yang bersamaan dengan 7 Disember 2010 Masehi.

Permulaan tahun hijriah ini adalah merupakan suatu titik tolak yang sangat penting dengan berlakunya peristiwa hijrah Rasulullah s.a.w. dari Makkah ke Madinah yang diingati setiap tahun oleh umat Islam.

Pentingnya peristiwa hijrah ini adalah kerana ianya berkaitan dengan kewajipan besar dalam Islam yang menjadi sebahagian tugas manusia, iaitu tugas khilafah atau dengan makna politik, iaitu mendirikan sebuah negara yang mendaulatkan syariat Allah SWT.

Natijah daripada peristiwa hijrah ini ialah bagaimana Rasulullah s.a.w. telah berjaya membina sebuah negara masyarakat majmuk yang terdiri daripada berbilang bangsa, agama dan budaya yang bernaung di bawah keadilan Islam yang mutlak. Ia juga menjadi asas kepada amalan politik yang wajib dihayati oleh seluruh umat Islam.

Hijrah juga merupakan satu konsep yang telah membawa umat Islam kepada kepimpinan dunia yang bertujuan untuk menyelamatkan seluruh alam dari kezaliman selama tempoh berabad-abad lamanya ini.

Umat Islam berjaya menjadi kuasa besar tunggal yang dihormati kawan dan lawan di zaman yang tidak mempunyai kemudahan seperti yang kita nikmati pada hari ini. Islam juga telah berjaya memerintah dengan penuh sifat keadilan yang menaungi wilayah kekuasaan yang luas.

Sehingga hari ini belum ada kuasa besar yang dapat memenuhi apa yang dilaksanakan oleh Islam. Islam yang sebenar inilah yang perlu difahami dan dilaksanakan oleh seluruh umat Islam untuk mencapai keredhaan Allah SWT.

Oleh yang demikian, bersempena dengan tahun baru hijrah 1432, umat Islam berkewajipan besar untuk melaksanakan tugas siyasah ini. Perlu sama-sama kita ingat bahawa sambutan Hijratur Rasul ini tidak disuruh oleh Nabi s.a.w. tetapi apa yang lebih penting ialah meneruskan amalan-amalan Nabi s.a.w. dan berpegang teguh kepada ajaran Allah SWT dengan penuh keimanan dan ketakwaan.

Datuk Seri Tuan Guru Abdul Hadi Awang,

Presiden Parti Islam Se-Malaysia (PAS)

1 Muharam 1432 bersamaan 7 Disember 2010

SALAM MA'AL HIJRAH 1432
Irama Suci

Sunday, October 10, 2010

UMNO (PEKEMBAR)- Parti Pengkhianat

KUALA LUMPUR, 10 Okt: Rakyat hendaklah menjauhi Umno kerana parti itu sering dibuktikan menggadai kepentingan bangsa sendiri semata-mata mahu menjaga kepentingan diri dan cita-cita politiknya, kata Naib Presiden PAS, Datuk Mahfuz Omar.

"Bukan sahaja bangsa sendiri yang digadaikan, agama Islam pun sanggup digadaikan oleh Umno apabila ia mencantas bantuan kepada sekolah-sekolah agama rakyat (SAR).

"Bukan setakat mencantas bantuan sahaja, para pemimpin Umno termasuk (Perdana Menteri, Datuk Seri) Najib (Tun Razak) malah melemparkan pelbagai tuduhan dan fitnah tidak berasas kepada SAR apabila mereka memberi gambaran seolah-olah SAR menjadi tempat melahirkan pengganas," katanya ketika menyambut gesaan Sultan Selangor supaya rakyat menjauhi pihak yang menggadai bangsa sendiri.

Menurut Ahli Parlimen Pokok Sena itu, antara pengkhianatan terbesar Umno terhadap orang-orang Melayu sepanjang lebih 50 tahun memerintah negara ini ialah apabila tanah-tanah rizab Melayu semakin pupus.

"Akibat perbuatan Umno menggadai bangsa sendiri, kini hanya tinggal sekitar 1.7 juta hektar sahaja tanah rizab Melayu, sedangkan waktu negara menyambut kemerdekaan dulu, terdapat kira-kira tiga juta hektar tanah-tanah tersebut," katanya.

Umno, katanya, seolah-olah mahu mengulangi tragedi yang berlaku ke atas rakyat Palestin apabila tanah mereka tergadai kepada Yahudi Zionis.

"Bukan sahaja tanah, peluang pendidikan yang selama ini menjadi wadah utama mengubah taraf hidup orang-orang Melayu juga dimangsakan dalam kerakusan Umno menggadai bangsa sendiri.

"Peruntukan untuk institusi-institusi pendidikan Melayu itu dikurangkan dengan begitu ketara dalam belanjawan 2010. Bagi IKM, peruntukan untuk 2010 RM143 juta berbanding RM403 juta bagi tahun 2009. Giat MARA hanya mendapat RM16 juta bagi tahun 2010 berbanding RM28 juta bagi 2009.

"Bagi MRSM dan Koleh Sains MARA, peruntukan hanya tinggal RM115 juta untuk tahun 2010 berbanding RM254 juta pada tahun 2009," kata beliau dengan penuh kesal.

Malah, katanya, peruntukan kepada MARA sendiri dikecilkan dengan begitu banyak.

"Peruntukan kepada MARA dipotong-potong sehingga berjumlah RM 374,537 juta sahaja bagi tahun 2010 berbanding RM883,785 juta untuk 2009," katanya.

Dari segi politik pula, kata Mahfuz, Umno juga menghalang pertambahan kerusi Melayu di Dewan Rakyat.

"Dalam persempadanan semula kawasan pilihan raya 2003, kita tidak lihat pertambahan kerusi di negeri-negeri majoriti Melayu.

"Tidak ada pertambahan kerusi di Kelantan, Terengganu dan Kedah walaupun masing-masing mempunyai pertambahan pemilih 16.2 peratus, 21.76 peratus dan 17.4 peratus," katanya.

Menurut Mahfuz, jika disenaraikan semuanya, terlalu panjang senarai perbuatan Umno menggadaikan kepentingan bangsa Melayu.

sumber sahih :HARAKAHDAILY